Tak bisa
dipungkiri bahwa salah satu fenomena mondial hari ini adalah rasa galau manusia
akan rasa cinta, kegalauan akan siraman spiritual (keterasingan), dan beban
hidup (ekonomi) yang semakin hari semakin meningkat. Masalah ini dapat kita
saksikan dari semakin banyaknya pesan – pesan , tanda dan simbol kegalauan yang
termanifest melalui ruang artifisial, dunia maya (facebook, twitter, black
berry messengger, path dsb) yang kerap kali dipublikasikan oleh manusia
pengguna dunia maya. Mulai dari ungkapan singkat dalam bentuk tweet, sttatus
facebook, display picture bbm (yang terkadang naif mengumbarkan tampilan simbol
keagamaan, cinta, uang) yang mungkin mewakili gambaran perasaanya kepada
manusia lainnya, pengguna sosial media. Tak jarang kita menemukan, misalnya,
diruang maya twitter, ada sebagian pengguna atau tweeps yang dengan mudah
berkicau masalah pribadi dengan seseorang hingga tak ada lagi pembatas antara
yang privat dan publlik. Di contoh lain, di jaringan komunikasi black berry
messenger, orang dengan mudahnya menggunakan --- meminjam bahasa Yasraf A.
Piliang--- tuhan tuhan digital untuk digunakan menjadi gambar profilenya,
gambar wanita bersedih dengan deretan kalimat permohonan, kekecewaan dan amarah
tak ubahnya menggambarkan bahwa hari ini kita atau mereka masih diderah
penyakit kegalauan eksistensial.
Terlepas dari
permasalahan diatas, yang hanya merupakan pengantar dari tulisan ini yang
sekedar mengurai sedikit perasaan subjektiv dari penulis tentang wabah
kegalauaan eksistensialnya. Perasaan
yang terus – menerus menggelantung bersama setiap masalah yang silih berganti
hadir, tak mengenal kasian. Dari waktu ke waktu, ruang ke ruang, masalah itu
hadir sejak 10 bulan yang lalu. Yaa,, perasaan kasih yang entah berantah dari
mana datangnya, secara tiba – tiba melintas dalam pergolakan hidup ini.
Perasaan kasih yang sampai detik dan hari ini masih berkutat pada persoalan,
lanjut atau tidak, berjalan atau bubar saja !! Tak pelak lagi, menyita banyak
waktu untuk merenungkan jalannya kisah dan kasih ini. Kasih yang kami telah
jalin hampir setahun singkatnya (10 bulan)
mulai sedikit goyah dengan berbagai sebab yang tak kutahu benang merah
permasalahannya. Dusss.. perkiraan akan berakhirnya jalinan ini semakin dekat.
Perkiraan ini terlihat dari beberapa personal messages di black berry
messenger, mulai dari kekecewaan, kegelisahan akan kehadiran saya di
sampingnya, dan masih banyak lagi akan tetapi yang naif untuk saya tuliskan
disini.
Kegelisahaan perasaan
ini berlanjut, tatkala kehadirannya pada hari itu hanya melontarkan ungkapan
pesimisttis akan jalinan kasih yang susah – senangnya telah kita hadapi.
Rasa pesimisttis yang berakar dari
akibat Long distance relationship turut menegaskan bahwa memang teramat sulit
dalam menjalani bentuk hubungan seperti ini. Bukan saja aku yang memjadi korban dari bahwa
hubungan seperti itu (LDR) tapi banyak para pasangan diluar sana yang sedang
dilanda dimabuk asmara, ternyata kalah juga oleh seleksi alam akibat bentuk
atau relasi dari hubungan seperti ini. Intensitas komunikasi yang harus terus
dijaga yang pada saat yang sama berbenturan dengan kesibukan aktivitas membuat ruang untuk
berkomunikasi dengannya menuai kendala. Di lain sisi, mungkin karena rasa rindu
yang menggebuh yang hampir setiap saat ingin untuk bertegur sapa dengan secara
langsung (intra personal). Namun, badai skeptisisme itu berlanjut hingga hari
ini. Mungkinkah akan bubar atau malah sebaliknya ? Wallahu allaam bissawahb
~ di saat senja ketika bising suara nyamuk meneror telinga ~