Harusnya
hari ini merupakan awal dari kita untuk menambal setiap lubang masalah yang
hinggap di jalinan asmara ini.
Harusnya
hari ini kau tak lagi mengeluh tentang orang – orang disekeliling mu, yang menanyakan tentang (perasaan) ku.
Harusnya
kau tak lagi resah dengan setiap angin issu yang menyambar setiap pengindraan
mu.
Harusnya
saya dan kau dewasa dalam menghadapi kontradiksi perasaan akibat banyaknya
rayuan diluar sana.
Harusnya
bisikan nurani mu lebih dulu kau utamakan ketimbang membahasakan ketidak
nyamanan mu atas berbagai bisikan kosong yang hadir dari dalam dirimu.
Harusnya
kau mengajarkan ku apa, dimana dan bagaimana cara menyayangi mu serta
menempatkan perasaan mu pada di relung hatiku.
Harusnya
kehadiran ku, kau sambut dengan senyum tawa. Bukan dengan bahasa yang mampu membuat
nurani ku tak bersepakat dengan apa yang kau komunikasikan itu
Harusnya
kau tak mempersoalkan jarak, waktu dan semua yang bisa membuat buyar harapan
mu.
Harusnya
isi kepala mu tak tahu tentang pesan dan niatan sejarah seseorang kepada mu.
Harusnya
kau menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Harusnya
kau tahu bahwa banyaknya modus operandi anak - cucu adam diluar sana, yang saya
yakin, bisa menerobos dan membuat retak setiap sudut tembok perasaan mu yang
kau bangun untuk ku .
Harusnya
saya membentengi tembok itu dengan lebih sering menengok mu.
Harusnya
tak ada noise pada setiap sirkuit komunikasi kita.
Harusnya
saya berterimah kasih lebih atas pengertian dan perhatian mu, namun ku tak tahu
diri.
Harusnya
kekecewaan ku ini tak ku ukir.
Harusnya
kau membaca ini, buah dari kekecewaanku.
Harusnya
kekecewaan ini bukan bersumber dari diri mu.
Harusnya
kisah ini, meruang dan mewaktu di masa depan. Namun sepertinya hal itu mustahil
menurut pandangan mu.
Dan seharusnya, saya
memberikan kebebasan kepada setiap perasaan untuk hidup di tempat itu. Namun apakah
kau setuju ? dan apakah aku harus.... ?!