SAFARI POLITIK TUAN SBY (ANALISIS ABAL - ABAL SAYA)


Dalam menyambut pesta demokrasi 4 tahunan (pemilihan umum) beberapa kalangan pejabat negara seperti anggota DPR yang akan berupaya mempertahankan kursinya sebagai wakil rakyat, berlomba - lomba turun dari gunung kekuasaannya menuju akar rumput di masyarakat untuk sosialisasi, konsolidasi dan tentunya mengumbar citra. Tak ketinggalan kepala negarapun turut serta meramaikan wisata turun gunung tersebut dengan mengunjungi berbebagai daerah kekuasaan yang sebelumnya belum tersentuh oleh kaki si kepala negara. Dengan dalih kunjungan kerja, si tuan kepala negara yaitu SBY, memulai safari politiknya dengan menciptakan 1001 kesibukan pejabat di daerah yang menjadi bawahannya ! Tak pelak, bagi daerah yang akan disinggahi Si Tuan dalam rangkaian safari politiknya tentunya berusaha semaksimalkan mungkin untuk memberikan yang terbaik dalam kunjungannya. Mulai dari persiapan anggaran acara kehadiran Si Tuan (yang merogoh APBD miliaran rupiah) hingga mendata para siswa - siswi sekolah untuk nantinya dijejer dipinggir jalan tempat Si Tuan melintas menuju panggung safari politik. Dan tak lupa, pengamanan berlapis mulai dari jajaran Satpol PP - Paspampres dan intelijen negara, yang masing - masing mendapatkan uang saku atas biaya pengamanan kedatangan Si Tuan Marketing Negara !!


Sesungguhnya, kehadiran Si Tuan SBY tak lain dan tak bukan merupakan suatu safari politik yang dibungkus dengan kunjungan kerja secara kenegaraan. Kondisi partai si tuan yang mengalami penurunan kepercayaan dimasyarakat, tentunya membuat panik Si Tuan untuk kemudian turun gunung secara langsung melakukan safari politik. berharap dari safari itu akan kembali mendongkrak citra partai yang sudah terlanjur buruk dimata masyarakat. Serta mengumbar janji palsu kepada masyarakat di daerah akan keseriusan pencapaian peningkatan kesejahteraan disisa akhir jabatannya sebagai Orang nomor wahid di bumi indonesia. Si tuan seenak dan semaunya melakukan "blusukan" ke daerah tanpa mempertimbangkan aspek ekonomi di daerah tersebut. Betapa tidak, nominal angka untuk menyambut dan merayakan kehadiran si tuan mencapai miliaran rupiah yang tidak lain bersumber dari uang rakyat; anggaran pendapatan daerah ! 

Mengaspal jalan (yang sekian lama telah rusak, dan di tambal hanya seketika Si Tuan akan hadir di daerah tersebut), dan masih banyak lagi alokasi uang rakyat tersebut untuk menyambut Si Tuan. Belum lagi soal aktivitas masyarakat yang cukup terganggu diakibatkan banyaknya ruas jalan yang menjadi ruang publik umum, ditutup seketika hanya untuk memuluskan kehadiran si tuan. lantas kemudian kita bertanya, apa yang dapat dihasilkan dari safari politik tersebut kepada mayoritas masyarakat ? Bahkan hanya elit pejabat tertentu di daerah tersebut yang mendapat manfaat pribadi dari safari politik tersebut, baik itu sanjungan dan penghormatan dll. Kemudian, Inikah yang disebut sebagai pemerintah pelayan bagi rakyat ? apakah safari politik itu akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dimasyarakat ataukah sebaliknya ? Menjawab pertanyaan itu, marilah kita bertanya pada diri kita dan melihat situasi diri kita masing - masing. Apakah ya atau tidak ?



Selain itu, dari beberapa daerah yang menjadi tujuan safari politik itu, ada daerah yang dengan sungkan akan memberi gelar kerajaan kepada Si Tuan SBY. Gelar adat yang dipandang masyarakat sbgi hal yang sakral, kini di desakralisasi karena faktor pemimpin dan penguasa. Ironi. Sedikitpun tak ada hubungan emosional dan historis antara kerajaan pemberi gelar adat tersebut dengan si Tuan SBY, sebagai salah satu syarat pemberian gelar kerajaan, serta prestasi gemilang apa yang telah dicapai Si Tuan selama masa pemerrintahannya sehingga pihak kerajaan dengan mudahnya memberi gelar adat ? Ataukah pemberian tersebut hanya sekedar "investasi" politik semata, bahkan lebih dari itu, pemberian gelar adat tersebut berorientasi pada adanya "feed back" di masa akhir kekuasaan tuan SBY, kepada daerah yang berangkutan. Mungkin !
Cukup saja kita berasumsi bahwa pemimpin kita sampai hari ini hanya akan hadir ke daerah jika masa kekuasaan pemimpin tersebut akan segera habis. Fenomena politik itu tak terelakkan dalam konteks perpolitikan dinegeri kita. Dan kunjungan kerja ataupun safari politik Tuan SBY, masih berada dalam naras tersebut. Rakyat miskin sekalipun dapat menilai kunjungan si tuan sebagai bagian dari penguatan posisi partai di daerah menjelang pemilihan umum nantinya. Setali tiga uang, safari politik si tuan sby juga sekaligus turut mempromosikan para bawahannya (menteri) yang akan dicalonkan menjadi penggantinya memimpin negeri ini.
Terimah kasih tuan, maaf kami menolak mu !! cukup itu aja