Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatu..
Salam hormat dari Kami, orang-orang yang terkadang lalai dari shalatnya. Untuk baginda Raja Salman, selamat datang di negeri ini. Semoga Raja dalam keadaan sehat. Amin
Izinkan Kami menyampaikan pesan kedatangan Baginda. Meski Kami hanya tahu secuil tentang Baginda. Tahu bahwa baginda adalah seorang pemimpin ummat dari tanah para Nabi terlahir. Sebuah negeri yang dianggap suci.
Juga yang sedikit saya tahu, Baginda merupakan pemimpin kharismatik dihadapan rakyat Baginda. Pemimpin yang tak sungkan berkorban demi ribuan rakyat. Sedangkal pengetahuan Kami, Baginda juga dijuluki sebagai pelayan dua rumah suci.
Kini Baginda menapakan kaki di negeri Kami. Negeri yang sedang gaduh oleh sentimen rasisme politik. Negeri para demonstran yang lahir karena tanggal dan bulan tertentu. Negeri dimana rakyatnya terkadang harus puasa senin-kamis demi bertahan hidup.
Kami tahu, Baginda datang bersama ribuan pejabat, pengusaha dari singgasana Istana. Kami juga tahu, untuk mengangkut ribuan menteri, pengusaha dan orang istana, baginda tentu membutuhkan 25 pesawat Air Bus lengkap dengan tangga eskalatornya.
![]() |
sumber: www.bbc.com |
Tampak dari rekaman amatir, pesawat yang Baginda akan tumpangi ke negeri ini bak istana yang melayang di angkasa. Didalamnya tersedia kamar tidur yang cukup mewah, interior yang hanya terdapat di hotel bintang lima. Belum lagi puluhan mobil mewah yang terselip dalam rombongan Baginda.
Dari semuanya yang tampak Baginda bawa, kini Kami tahu, bahwa agamawan ternyata tak mengajarkan hidup sederhana. Agamawan tak mengajarkan keteladanan hidup dengan harta. Yang terlihat adalah agamawan yang memamerkan harta. Saya tak tahu, apakah Nabi terakhir pernah mempraktikkan cara hidup demikian.
Justru pembalajaran yang dapat Kami petik dari kedatangan Baginda adalah bagaimana agamawan cum pemimpin pemerintah mempertunjukkan kemegahan dan kemewahan. Mempertunjukkan sebuah fenomena gaya hidup 'agamawan'. Ataukah itu adalah bagian protokol kunjungan kenegaraan ? Entah..
Kami tak tahu, apakah duit 325 triliun yang kerajaan Baginda janjikan itu, dipergunakan untuk berderma kepada jutaan umat muslim yang miskin di tanah ini atas nama dana 'solidaritas persaudaraan islam', atau datang untuk menanam modal lalu menguruk keuntungan ? Atau bahkan untuk sekadar menikmati eksotisme pulau Bali ?
Setahu kami, logika ekonomi selalu bersandar pada keuntungan. Tak mungkin meminjamkan duit lima ribu, lantas menerima ganti dengan duit seribu. Kami tak yakin ini adalah kunjungan persaudaraan seiman seagama.
Yang jelas Kami tahu, kerajaan Baginda pernah menjanjikan bantuan terhadap ratusan korban jatuhnya crane di Masjidil Haram dua tahun silam. Tapi hingga saat ini janji itu tinggal janji Baginda.
Kami masih ingat, ketika pemerintahan Baginda menaikkan biaya administrasi haji dan jalan-jalan (umroh) karena tahu bahwa praktik ibadah itu telah menjadi komoditas dan muslim di negeri ini adalah komoditi yang menjanjikan untuk meningkatkan pendapatan dari haji dan umroh.
Dan keluarga TKI masih ingat, bahwa sanak saudaranya yanh pernah mengaduh nasib di negeri Baginda, harus meregang nyawa dengan dipancung. Kini Baginda hadir, dan mereka mungkin melempar senyum ramah khas Indonesia.
Selain itu Baginda, di mana kekuasaan Baginda ketika mayoritas negeri berpenduduk muslim seperti Mesir, Libya, Syria, Iraq dan Palestina diguncang kemelut ekonomi, sosial dan politik yang dahsyat, lantas pemerintahan Baginda justru berdiam atas masalah tersebut.
Ternyata sikap diam pemeritahan Baginda karena negeri Baginda justru berkomplot dengan RRC, Inggris, Amerika dan Rusia yang notabene adalah tangan-tangan yang bergerak dibalik bencana kemanusian itu.
Lantas jika Baginda hadir untuk memberi secercah suntikan Iman atau dana segar bagi kelompok dakwah tertentu, maka tuntunlah mereka bahwa pandangan hidup yang Baginda anut adalah Ideologi yang mencerahkan dan menghormati perbedaan pandangan politik dan agama. Karena Kami tahu, mayoritas mereka yang acap bertindak keras dalam berdakwah adalah orang-orang yang menyanjung dan menghormati mu.
Tapi, jika Baginda hadir untuk "survei" potensi sumber daya alam di dan industri di Indonesia, maka ajari pemimpin Kami bahwa tangan diatas lebih baik dari tangan di bawa. Ajarkan mereka tentang bagaimana meraup keuntungan dari mengelola minyak dan gas seperti di negeri Baginda.
Jika Baginda adalah pelayan dari rumah suci, maka idealnya Baginda hadir mensucikan yang najis, memutihkan apa yang hitam. Pun jika Baginda adalah pemimpin umat, maka ajak negeri ini untuk bebas dari cekikan imperialisme neoliberal.
Tapi pengandaian itu sepertinya utopis, karena sedangkal pengetahuan Kami, negara Baginda tak lain adalah koncoh dari gerombolan imperialis ekonomi yang menggurita di galaxy ini.
Jubah putih nan eksotik yang menutup diri Baginda, semoga bukan sekadar simbolitas budaya dan agama, tapi memberi spirit baru tentang persaudaraan universal antar manusia tanpa tendensi keyakinan maupun kepentingan ekonomi politik didalamnya. Sebagaimana ajaran para Nabi.
Tulisan ini tak bermaksud menghina ataupun menggurui siapa saja, apalagi membenci Baginda Raja. Semoga kedatangan Raja semakin mengokohkan Iman, cinta dan persaudaraan. Semoga kunjungan Baginda Raja diridhai Allah Subhana Wataalah. Amin
Selamat datang penguasa jazirah Arab.