![]() |
Ilustrasi by Antara |
Negara Timor Leste kini merupakan negara yang berdaulat. Sejak 20 Mei 2002 silam, negara ini resmi berdiri dengan nama Republik Demokratik Timor Leste, melalui jalan referendum.
Sebelumnya, wilayah ini merupakan daerah koloni Portugis selama bertahun-tahun. Pulau Timor memang terbagi menjadi dua. Hal tersebut dampak dari perebutan kekuasan antara Belanda dan Portugis.
Di mana wilayah barat pulau Timor menjadi bagian dari koloni Belanda, sedangkan di sebelah timur menjadi daerah kekuasaan Portugis. Akibatnya, Timor Leste tumbuh dengan kebudayaan yang berbeda, membaca dan menulis dengan bahasa Latin, dan sejumlah unsur sosial politik lainnya yang dipengaruhi oleh Portugis.
Namun, pasca kemerdekaan Indonesia, wilayah ini justru menjadi polemik saat harus memutuskan bergabung dengan Indonesia, ataukah berdiri secara otonom.
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) melakukan invasi politik di wilayah ini. Sebelumnya, penduduk di Timor Timur sendiri terjadi perpecahan antara dua kubu, ada yang ingin bergabung dengan Indonesia karena kedekatan budaya dengan saudara serumpun di Timor Barat.
Namun, tidak sedikit pula yang menolak ide tersebut, khususnya kelompok partai politik Fretelin.
Sedangkan gabungan partai yang pro integrasi membentuk PSTT (Pemerintahan Sementara Timor Timur) dengan mengangkat Arnaldo dos Reis Araujo sebagai gubernur pertama, serta Francisco Xavier Lopes da Cruz sebagai wakil gubernurnya.
Alasan tersebutlah memicu ABRI turun tangan untuk melakukan aksi invasi pada akhir 1975. Peristiwa ini menjadi catatan hitam dalam sejarah di mana banyak korban yang jatuh untuk mendapatkan Timor Timur agar bergabung ke wilayah Indonesia.
Wilayah Timor Timur akhirnya resmi menjadi salah satu provinsi di Indonesia. Yah, tepat pada tanggal 17 Juli 1976 silam, pemerintah Indonesia menjadikan Timor Leste sebagai bagian dari wilayah Indonesia. Daerah tersebut diperkenalkan sebagai provinsi ke-27 setelah disahkannya UU No 7 tahun 1976. Wilayahnya meliputi bagian timur pulau Timor, pulau Kambing atau Atauro, pulau Jaco dan sebuah ekslave di Timor Barat yang dikelilingi oleh provinsi Nusa Tenggara Timor.
Kini, 41 tahun setelah pengukuhan tersebut, bekas provinsi ini telah memproklamirkan kedaulatannya sendiri sejak 15 tahun lalu, dan tidak lagi menjadi bagian dari wilayah Indonesia. Tepat setelah jatuhnya presiden Soeharto, gayung pun bersambut. Referendum kemerdekaan yang dinanti-nanti akhirnya terlaksana atas permintaan Presiden B.J. Habibie ke Kofi Annan, Sekretaris Jendral PBB pada 27 Januari 1999.
Ada dua opsi yang diajukan kepada rakyat Timor Leste saat referendum dilaksanakan tepatnya tanggal 30 Agustus 1999. Pertama, apakah menerima otonomi khusus untuk Timor Timur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. dan kedua, apakah menolak otonomi khusus yang diusulkan untuk Timor Timur, yang mengharuskan Timor Timur berpisah dengan Indonesia.
Hasilnya, dari total 438,968 suara, sebanyak 344.580 atau 78,50 persen rakyat Timor Timur memilih opsi kedua. Yang berarti menolak otonomi khusus dan ingin berpisah dengan Indonesia.
Sedangkan sisanya sebanyak 94.388 suara atau 21,50 persen memilih menerima otonomi khusus dan ingin tetap bergabung ke Indonesia. Tepat pada 20 Mei 2002, Timor Leste akhirnya resmi berpisah dari Indonesia dan menjadi negara berdaulat.
Itulah kisah singkat mengenai sejarah Timor Leste, semoga penduduknya kini, bisa menikmati kebebasan dan hidup sejahtera sesuai dengan pilihan mereka.
*Artikel ini ditulis oleh Muh. Fardan di media kabar.news pada 17 Juli 2017